ketika malam kelam
merindu embun di pagi hari
merubah segala yang ku ingat
pada genting yang gawat
sejuk udara diluar sana
membawa aroma bangkai
dan wewangian surga
sepasang makhluk berdiri payah
melepas rindu gelisah
maukah sejenak kau mampir
bermain catur sambil minum kopi
tetapi kau tetap berjalan
mengikuti suara-suara kelam
yang kini selaksa bindang
wahai makhluk...
sudikah kau lempar tanahmu
kan ku ganti dengan bebatuan
apalah ranting hutan
yang mudah retas
melebur hutan maha luas
dalam sekejap mata
sepinggir pisang goreng
secangkir kopi panas
menautkan kepingan logam
yang kau terima
dari tuan antah berantah
setangis yang sedu-sedan itu
tanpa kau tak lagi meng-ada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar