Sabtu, 17 April 2010

Mimpi-mimpi seekor Restu

Restu sudah bosan bermimpi. Aku selalu merasa dungu, katanya pada diri sendiri.
Misalnya, dia bermimpi ditelan seekor ikan besar bertampang jelek, dan ketika mimpinya berakhir dia mencium bau amat tak sedap dari ikan itu. Dalam mimpi lain dia meluncur menuruni lereng tanpa dasar, makin lama makin cepat.
Mimpi-mimpinya juga mempermainkannya setiap kali dia menginginkan sesuatu. Pernah hatinya terpaku pada sepeda balap dua puluh delapan gir, dan dia bermimpi sepeda itu menantinya di ruangan kakeknya. Mimpi itu luar biasa jelas: sepedanya berwarna jingga metalik dan diparkir di sebelah rak piring nenek.dia bahkan tahu urutan kunci kombinasinya: 12345. Tentu dia tidak bisa melupakan itu kan? Nah, di tengah malam, masih dikuasai kantuk, terhuyung-huyung dalam piyamanya, dia ke kamar kakeknya.dan, apa yang didapatinya di dekat rak piring? Seekor tikus mati. Itu pukulan curang!
Akhirnya, restu menemukan cara mengatasi tipuan-tipuan mimpi yang mempermainkannya itu. Menit pertama dia akan berpikir(tanpa bangun), ini cuma salah satu ikan menyebalkan itu lagi. Aku tahu apa yang akan terjadi. Ikan itu akan melahapku. Tapi,aku tahu kalau ini cuma mimpi, sebab hanya dalam mimpi ikan hidup di darat.

Atau, dia akan perpikir, nah aku meluncur lagi, tetapi tidak ada yang bisa kulakukan.aku tidak bisa berhenti, lagi pula aku toh tidak benar-benar meluncur. Dan, ketika sepeda fantastis itu kembali menghantuinya, atau sebuah permainan komputer yang dia sukai habis-habisan--game itu memang ada, tepat di samping telepon yang sebesar gulungan kasur--dia tahu itu cuma khayalan.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

restu ....... Aku mencintaimu, lebih dari yang kamu tau