Rabu, 25 November 2009

Pendidikan dan Humor, Harmoniskah?

Kebanyakan orang mengerutkan dahi jika berbicara. Mereka memutar nalar, memelintir logika, mengaduk otak.memang mutu pendidikan sudah menjadi anggota rombongan masalah serius. Sebaliknya, humor bersifat kelakar, canda, tawa hihi...haha, dan main2. Dapatkah masalah serius ditingkatkan dg cara main2? Jangan heran pertanyaan diatas patut dicurigai, landasan berpikirnya agak ngawur. Menuduh humor sebagai hal yg main2 merupakan tindakan biadab tak berperi-kehumoran. Sebab humor bukan masalah sepele yg bisa diambil sambil mengantuk. Humor sudah resmi menjadi anggota masalah serius yg digelayuti proses berpikir.intiplah cerita humor berikut ini. Sukron suka bikin ulah di kelas, berani mencolak-colek teman perempuannya, yg dicolek tentu saja merengut n sewod. anehnya, jk ditegur pak guru, sukron selalu berkilah, "bukan saya." pak guru makin lama makin jengkel. Dan ini puncak kejengkelannya. Dalam pembelajaran sejarah sukron dites dg pertanyaan,"siapa pendiri majapahit?" dg tangkas sukron menjawab, "bukan saya." pak guru tersinggung lalu memelototi sukron.tapi sukron tetap menjawab,"bukan saya...bukan saya...bukan saya pak guru." pak guru kemudian menyerahkan sukron kepada pak kardi, orang tua sukron yg jd kuli bangunan. Pak kardi membentak-bentak sukron agar mengaku.meskipun beberapa tamparan untuk memaksa mengenai pipinya, sukron tetap menjawab, "bukan saya" berulang-ulang.merasa yakin sukron tak akan mengubah jawabannya, pak kardi menemui pak guru. Katanya, "anak saya tidak salah, pak guru, yang mendirikan majapahit memang bukan anak saya." dengan bersungut-sungut pak guru bertanya, "mengapa bapak tidak beri tahu pendiri yg sebenarnya?" dg kalem pak kardi menjawab, "gurunya bukan saya." itulah contoh humor.berdasarkan contoh itu dapat kita ketahui bahwa humor sebenarnya serat dg proses berpikir.bahkan proses berpikir dalam humor bersifat khas yg kadang-kadang justru menjungkirbalikkan logika.itulah sebabnya edward de bono pakar pengajaran berpikir, mengatakan bahwa untuk dapat berpikir lateral dalam istilah lain dapat di katakan sebagai berpikir menyimpang, berpikir melawan arus, atau berpikir bukan pada tempatnya.berpikir demikian tentu lebih berat dari pada berpikir yg wajar.nah, jika humor digunakan sebagai sarana berlatih untuk berpikir berat, pastilah humor mengandung proses berpikir yg cukup rumit.dalam keterangan sekilas dapat diketahui bahwa humor bukan perkara main-main.sebagai karya serius humor tentu banyak manfaatnya. Pertama, humor mendatangkan keceriaan dalam kehidupan.humor bisa menyantaikan orang dan dapat membuat orang lebih bersahabat.humor mampu meredam kericuhan dan konflik, buktinya orang tak akan berkelahi sambil tertawa, klo toh ada, tentu hanya dalam sinetron...dalam semangat pembelajaran humor dapat menghilangkan kebosanan.ngantuk, ketegangan pelajaran sulit, suasana menjadi segar dan menyenangkan, bukankah sangat boleh jadi bisa meningkatkan mutu pembelajaran?. sepengalaman saya, antara dosen yg mampu berhumor dan yang tidak, para mahasiswa kebanyakan pasti lebih suka dengan dosen yang suka humor, walaupun mengajar matakuliah yang sulit.mereka akan cepat memahami dan menangkap materi kuliah.akhirulkallam semoga humor tak lekas dihilangkan hanya karena beban yang makin sarat...amin

Tidak ada komentar: